Sabtu, 02 Juli 2011

Selamat Malam, Jangan Lupa Gosok Gigi!


“Sewaktu malam mulai menancapkan pancang-pancang kegelapan, kamu membisikkan kasih sayang yang gemerlapan. Aku tidak lagi takut sendiri. Hei lelaki, tahi mata besok pagi sisaku bermimpi malam ini adalah ampas pergumulan kita dalam liarnya fantasi. Kapan berkelindan lagi?”

Selamat tidur terselip di antara gigi yg belum tergosok, untuk dia yg belum tentu kutemui esok. Rinduku tak perlu diobati, ia ternikmati.

****

Puisi (Bukan) Bunga Lili

Ruang sela yang nisbi dan hitungan tanpa hari tidak memudarkan rajah namamu di jantung hati. Tidak sama sekali. Namun kolom-kolom dalam jurnal kosong menunggu ditandai tanpa absensi, bukti kehadiran senyummu setiap pagi. Tolong diisi.

****

Linimasa sepi. Atau mungkin keramaian cuma terasa sendiri karena kamu belum berpuisi? Aku mau kaurangkai lagi jadi bait bunga lili!

Punya Dia

Kelok tajam yang terlewat setelah persimpangan jalan kita masih berbau kenangan rupa-rupa. Setapak tidak lupa. Aku menghapus titik-titik rasa untukmu yang masih tersisa dengan garis-garis waktu bersamanya. Dia yang kupunya.


Lalu pilu, yang menorehkan durinya di mata hatiku, membutakan asa yang pernah ada di satu masa. Dendam berkuasa. Kamu tinggal fatamorgana yang antara nyata dan tiada. Sudah tergantikan oleh peluknya. Dia yang malam ini kupunya.


****