Sabtu, 20 Agustus 2011

Tamat (Cerita Betari)

Cerita singkat dari sini , lalu ke sini , sampai ke sini:

Betari masih laksmi. Tubuhnya kian meranum, lekukan-lekukan molek yang membakar berahi. Kainnya tersibak jajakan mulusnya tungkai kaki. Namun Pangeran Penyesalan takkan sanggup membeli. Kesempatannya sudah pun lewat untuk mencicipi.

Ah, Si Pongah, betina manapun yang kini kaupanggil Bidadari tidak akan sanggup gantikan Sang Betari. Bahkan tak sejengkal pun bisa bisa mendekati.

Betari menimang mahkota bertatah bintang, telah bersanding ia dengan Raja dari Seberang. Kepada Pangeran, ia melempar selendang usang, dengan senyum penuh menang.

Keping-Keping Lama yang Tersisip

(Hening tak ada kamu)
Tak bergerak. Pun tak berdetak. Aku jemu.
Sungguhnya aku rindu. Tapi malu.
Malu atau tidak mau?
(Kamu paham. Aku diam)
Tak ada suara. Desah sahaja.
Dingin tak ada kamu.
Peluhku beku. Tangisku sayu. Aku biru.
(Dalam senyap kumengerjap)
Aku lelah bermain sepi.
Namun lebih baik sendiri.
...
(Hening hanya aku)
Keping Satu - 080408


Semalam kamu harum.
Matamu bulat. Bibirmu ranum.
Aura merah muda dengan tanda tanya.
"Kita bahagia?"
(Kamu senyum. Aku belum)
Tutur kata aku tata.
Tak boleh ucapkan cinta. Jengah semata.
(Ini realita. Kita tidak buta)
Aku lihat kamu dari sini.
Kamu sentuh aku dari hati.
(Kita masih begini)
Romantisme berduri. Aku ngeri.
Keping Dua - 100408


Semalam kamu indah.
Tatapmu lekat. Pipimu merah.
Tangan bawa angan penuh perhatian.
"Kita berdampingan."
(Kamu genggam. Aku lebam)
Perasaan enggan dihapus.
Walau mimpi hampir hangus. Masih terus.
(Ini serius. Kita terbius)
Kamu belum beranjak juga.
Aku masih berjaga-jaga.
(Kita masih berlaga)
Romantisme berduka. Aku luka.
Keping Tiga – 210408


...
Bangsat!
(Aku penat dan mengumpat)
Luka melepuh tak jua sembuh.
Ingin disentuh walau rapuh.
(Aku butuh)
Tanyakan asa 'ku tak kuat.
Ikuti rasa 'ku tersesat.
Kalut.
(Sudah larut, bulan menuntut)
Tubuh geliat di malam pekat.
...
Keparat!
(Aku lumat dan menghujat)
Keping Empat - 220408


Kepada dia aku jadi buta warna.
Nila tak bermakna. Jingga biasa.
Kelabu ronanya semua sama.

Kepada dia telingaku tak dengar suara.
Lagu tanpa nada. Ucapan hampa.
Angin hanya membawa hawa.

Kepada dia mulutku tak bisa bicara.
Tak bisa bertanya. Diam saja.
Ungkapan berupa tulisan prosa.

(Kepada aku, dia tak tahu jawabannya.
Maka palingkan muka. Tak apa.
Aku masih temannya yang setia.)
Keping Lima - 020508


Cinta lelap lagi
Dengkur dipelukmu
Tak sapa kabut pagi
Pun tak rindu malam hari
Ia tak terjaga
Ringkuk dipangkumu
Hanya tunggu binasa
Atau bangkit berkuasa
Hati tidur pulas
Peluh di dadamu
Gerah terus bergegas
Kejar waktu yang terbias
Keping Enam - 050608