Rabu, 10 November 2010

Pinokio XXX

Ini sebuah pertanyaan untuk seorang pecandu hubungan seksual [kamu].

Ya, kamu. Entah candu membaca, candu mendengar, candu menyaksikan, atau candu melakukan. Ya, tidak usah malu, angkatlah tanganmu, karena tidak ada yang melihat kecuali Tuhanmu. Bahkan aku pun tidak. Kecuali kaunyalakan webcam-mu dan kaubiarkan aku mengintip kamarmu yang remang-remang.

Mari kuceritakan tentang kekasih baruku, Pinokio XXX.

Alih-alih hidung, burungnya yang tambah panjang semakin banyak ia berbohong. Pinokio XXX menjadi sombong. Semakin suka bohong. Ia merasa digilai. Perempuan mana yang menolak burung panjang? [Kamu?]

Oh, tidak usah malu-malu kalau kamu suka yang tidak panjang. Mungkin suka sesama lubang. Aku tidak keberatan apa lagi menghakimi pilihan teman tidurmu, Teman. Tetapi Pinokio XXX tidak peduli. Ia hanya mau perempuan yang suka memberi makan kebanggaannya yang semakin lama semakin besar, eh, panjang.

Pertanyaanku hanya satu. Bagaimana bila Pinokio ini kekasihmu?

Apakah kamu akan menyoraki dan mendukungnya berbohong terus? Di satu sisi ranjang kamu akan beroleh kepuasan. Di sisi lainnya kejujuran jadi tidak menyenangkan.

Apakah kamu akan pergi dan berharap ketemu pangeran lain dalam mimpi? Ia mungkin tampan, tapi belum tentu memuaskan.

Lupakan dulu soal kepandaian dan ketulusan hati. Ingat, kamu seorang pecandu hubungan seksual. Lalu berpikirlah, apakah kejujuran tetap menjadi pertimbangan apabila yang kauinginkan darinya hanyalah orgasme bercinta?


Salam sayang,

Peri Biru.

Tidak ada komentar: