Rabu, 03 November 2010

Berkas Biru

Hari ini mereka menonton film biru bersama. Tanpa rencana, terjadi begitu saja. Dan tentu bukan untuk yang pertama kalinya.

“Mau lihat bokep dong, Sayang,” kata B tiba-tiba. Mereka sedang ‘terbang’ saat itu. Dua buntut sisa lintingan daun surga berbaur bersama abu di dalam asbak beling.

“Oh iya, aku baru dapat banyak dari E kemarin.”

“Nah ya, ketauan. Kenapa sih suka nyimpen bokep tapi nggak mau ngaku?”

“Bukan gitu. Ini yang baru-baru.”

“Mana? Mau lihat. Di laptop ya?”

“Di external memory.”

“Manaaa? Ambiiil,” B membujuk sabil mengusap-usap lengan A. Laki-laki itu jadi tergoda.

“Ini dulu dong,” kata A sambil menunjuk organ di antara dua kakinya.

“Uuuh,” B mengeluh tapi tetap mendekatkan kepalanya ke situ dan memberikan A apa yang dia mau. Tidak sampai selesai, karna B sendiri belum mendapat apa yang dia mau. “Ambil, ayoo,” katanya memotong kenikmatan A. Ya, ini hubungan saling memberi dan menerima. A tahu kenikmatan itu tidak akan dilanjutkan sebelum ia gantian memberi apa yang B butuhkan. Jadi ia menurut saja menyiapkan apa yang diperlukan untuk menonton.

Berkas pertama dibuka; potongan video diputar. Tanpa basa-basi langsung diawali dengan adegan tanpa pemanasan. Felatio terlalu lama. Cunnilingus hanya sekejap. B tidak suka. Ganti.

Berkas ke-dua. Adegan diawali dengan munculnya tokoh pemuda yang mobilnya mogok, lalu bermaksud meminta bantuan kepada pemilik rumah terdekat. Seorang pria paruh baya membukakan pintu dan mempersilakan si pemuda menggunakan teleponnya untuk menghubungi layanan derek. Karena harus menunggu selama empat jam sampai bantuan datang, si bapak menawarkan diri untuk memperbaiki mobil itu, dan (tentu saja, sudah dapat diterka) membiarkan si pemuda hanya berdua di rumah bersama anak gadis si bapak yang berpakaian minim dan tanpa alasan masuk akal selalu berpose mengundang. Akting yang sangat buruk dan alur cerita yang terlalu mudah ditebak jadi satu-satunya alasan untuk membiarkan video terus berputar, hanya untuk ditertawakan. Lalu, ganti lagi.

Berkas ke-tiga. “Nah, ini dia! Ketemu juga!” seru A, “Ini parodinya Avatar. Kocak!”. Satu-satunya bagian tubuh yang tidak dicat biru dalam video itu adalah kemaluan Jake Sully yang tetap merona. “Kok mau ya orang main film begini?” tanya B. “Iya. Lama-lama aneh ya dilihatnya,” jawab A, “Kita bikin film sendiri aja yuk!”.

Ya, kita semua tahu. Kalimat ajakan dari A itu adalah cara mengajak bersetubuh paling basi, paling ‘lemah’, dan paling tidak romantis. Tetapi ketika ada ganja dan ada cinta, sepertinya yang diajak akan mau-mau saja. Lihat, B sudah mulai melancarkan serangan.

Tidak ada komentar: