Kamis, 04 November 2010

Satu Puisi Satu Hari: #37 Angin

Banyak yang sudah berpuisi tentang hujan.
Tapi tentang angin?
Sedangkan mereka sama-sama menghantar dingin.
Juga sama-sama membuai batin.


Siang tadi saya menunggu angin,
karena keterlaluan terik surya mencabik kulit sampai merah.
Sungguh amat gerah.
Jadi ketika sepoi akhirnya singgah, sungguh terasa seperti anugerah.
Saya lupa akan hawa panas yang tadi bikin marah-marah.

Namun menjelang sore, arus udara mulai bergelora.
Dikebasnya daun jendela kamar saya.
Brak! Yang lelap jadi terjaga.
Barisan bambu gemerisik berisik diusik tiupannya.
Kali ini, dia datang membawa awan.
Jadi puisi tentang angin berakhir di sini, karena sebentar datang kembali hujan.

Tidak ada komentar: