Jumat, 19 Februari 2010

Malaikatku, Dia

Malaikatku yang menyulut api pada mimpi malam ini
hingga jadi arang dan terpecah jadi bongkahan sepi-sepi.
Dia pula yang menimangku saat tersungkur patah hati,
kepakkan sayapnya lalu terbang bawa aku pergi.
Katanya, “Bukan tempatmu di situ waktu langit rona kelabu,
sementara bibir malaikatmu masih merah jambu.”

Dia melumat lidahku dengan liurnya yang merindu
lalu ludahi lukaku yang terajam tajam sembilu.
Kataku, “Kucumbu malaikatku yang berikan pedih perih
karena dia yang di hatiku telah tanamkan benih.”

Tidak ada komentar: