Jumat, 19 Februari 2010

Mari Bermain

B

Tadi malam, setelah hujan-hujanan naik motor bersama A, saya mandikan dia dengan air hangat. Sambil membilas busa sabun di punggungnya, saya bertanya, “Selain aku, siapa lagi yang pernah mandiin kamu kayak gini?”

Dia tersenyum. “Yakin mau tau? Nanti kamu marah,” jawabnya.

“Iya.”

“Kamu tau kok siapa orangnya.”

“Siapa? Mama kamu?”

“Hehe. F****.” (Nama disamarkan karena yang bersangkutan kabarnya sudah berjilbab dan sebentar lagi akan menikah dengan lelaki lain).

Saya tersenyum lalu mengambil handuk yang tergantung di sebelah pintu kamar mandi. “Tuh kan marah,” katanya.

“Ngga kok.”

“Terus kok udahan?”

“Ya memang udah selesai mandinya.”

“Belum kok,” katanya sambil menyiram badan saya lagi dengan shower. “Abis ini bikinin aku chiba ya,” katanya sambil berjalan mengambil handuk dan keluar kamar mandi. Bibirnya sempat mampir sebentar di dahi saya.

Sambil mengeringkan badan, otak saya memproses ide brilian untuk permainan kami malam ini. Saya suka kalau kami sedang bermain, karena saya merasa hubungan ini ‘cerdas’. Hahahaha.

Kadang kami bermain Tebak Arti Kata. Masing-masing menyebutkan satu kata dalam Bahasa Indonesia yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Yang tidak bisa menyebutkan artinya, kalah.

Kadang kami bermain Melanjutkan Gambar. Tidak ada yang kalah atau yang menang di sini, tapi cukup menantang untuk melanjutkan coretan-coretan amburadul di atas kertas untuk jadi satu gambar yang bermakna.

Kadang kami bermain Tebak Tokoh. Coba menebak nama tokoh hanya dengan melemparkan pertanyaan tertutup yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”.

Kadang permainan kami saling berbalas puisi.

Kadang permainan kami spontan diciptakan di tempat, dengan peraturan yang asal-asalan.

Bagaimana saya bisa bosan menghabiskan waktu sama dia?

Oke, kembali ke permainan malam ini. Saya keluar kamar mandi dan mendapati dia sudah menyiapkan kertas dan chiba untuk saya linting. Bukannya dia tidak bisa, tapi kalau lagi manja, dia mau saya yang melinting daun kering itu. “Lebih rapi lintingan kamu,” begitu dulu katanya.

“Aku punya permainan,” kata saya sambil mengambil secarik kertas dan pena untuk A.

“Apa?”

Kuserahkan kertas dan pena itu kepadanya, “Coba tulis lima hal yang baru pertama kali kamu lakukan sama aku.”

“Maksudnya?”

“Iya, lima hal yang baru pertama kali kamu lakukan setelah pacaran sama aku. Kalau lima kegampangan, sepuluh deh!”

Dia langsung mengambil alat tulis dari saya dan mulai menggunakannya. Sementara saya mulai bekerja membuat pesanan daun surganya. Begitu selesai, kami saling bertukar hasil karya. Hasil saya sebuah pocong kecil, hasil dia tulisan cakar ayam yang membuat saya senyum-senyum. Begini isinya:

1. Ciba bareng
2. Ewi uwenak banget
3. Dekat dengan mamanya, ngobrol, nginep kayak keluarga
4. Merasa sudah punya pasangan hati. Istri.
5. Ngepel lantai bareng.
6. Ke bengkel bareng pagi-pagi sambil berantem.
7. Dibikinin ciba.
8. Baca buku bareng.
9. Dialog dan diskusi serius.
10. Punya tujuan masa depan.
11. Punya mimpi.
12. Bisa menatap dia.

“Emang sama yang lain ngga bisa menatap?” tanya saya. “Bisa,” jawabnya, “Tapi ngga begini rasanya.” Dia lalu menatap saya sedemikian rupa. Saya hanya tertawa. “Bisa aja lo,” kata saya.

Setelah itu kami bercinta sambil menghirup asap bahagia. Dia mengambil ponsel dan mulai merekam kegiatan kami. Ini yang pertama kali untuk saya: membuat video porno, kami bintangnya.


Tidak ada komentar: