Jumat, 19 Februari 2010

Pengakuan Untuk Perempuan



B


Perempuan itu butuh pengakuan dari lelakinya. Bagaimana pun bentuk hubungan mereka. Setidaknya itu konklusi saya setelah introspeksi diri, juga mengamati dan berdiskusi dengan sesama manusia pemilik indung telur.

Seorang perempuan menuntut pasangannya untuk mengganti status facebook dengan mencentang opsi “In A Relationship”. Dia ingin diakui.

Seorang perempuan lagi ‘meminjam’ BlackBerry pasangannya, lalu mengganti status Yahoo Messenger orang yang dicintainya itu dengan “Always love you”. Tak lupa mengganti foto profilnya dengan foto mereka berdua. Dia ingin diakui.

Perempuan lain, seperti saya, tidak terlalu perduli dengan status di dunia maya dan memilih untuk menuntut tindakan nyata. Walaupun sebenarnya sama saja menyebalkannya.

Baby, sayang ngga sama aku?”

“Sayang banget.”

“Cinta ngga?”

“Cinta mati.”

“Kangen ngga?”

“Kangen abis.”

“Nafsu ngga?”

“Iya.”

Horny ngga?”

“He-eh.”

“Hmmm apa lagi ya?”

“Kenapa siih nanyanya begituu?”

“Marah ngga?” tanya saya sambil nyengir. Tentu dia tidak marah. Tidak, karena habis itu dia saya layani.

Lelaki yang dilayani biasanya bermulut manis. Manis dikecap, manis pula yang terucap. Wahai perempuan, kadang saat begini pengakuannya keluar sendiri, tanpa perlu ditanya lagi. Tapi ini berlaku bila, dan hanya bila, sang lelaki benar-benar jatuh cinta.

“Wah gila istri gue. Cantik, pinter, seksi. Beruntung banget gue,” katanya sambil memandangi saya yang sedang bermain ‘di bawah sana’. Mata saya mengerling. Dia makin suka.

“Berarti laki-laki lain yang pernah nyakitin aku rugi dong ya, Sayang?”

“Iya lah!”

Tiba-tiba saya merasa sombong dan mengasihani perempuan-perempuan lain yang masih butuh pengakuan.

Tidak ada komentar: