Jumat, 12 Maret 2010

02012010

Tangan kami bertautan saat berjalan menanti waktu.
(Jalannya waktu harusnya tak perlu ditunggu, karena menit mutlak akan datang sendiri.)

“Ke mana kita?” dia bertanya. “Tidak tahu,” jawabku.
Lihat, sebentar lagi sudah harus ganti kalender baru.
“Kita ke kanan saja.” Dia setuju. Genggamnya kian erat di jemariku.


***


Langit warna warni kembang api. Sedikit polusi suara sana-sini.
(Kenapa rupanya indah tapi suaranya mengerikan? Harusnya seperti musik yang dimainkan.)

Nah, begini romantis sekali. Ada dia di sisi. Ada bulan penuh gelayuti pagi.
5, 4, 3, 2, 1! Yang ditunggu sudah datang, terompet berkumandang.
Ucapnya, “Selamat tahun baru, Sayang.” Dipeluknya aku dari belakang.


***


Sepanjang langkah pulang kami lewati wajah orang-orang nan berdebu.
(Tengadah mereka pandangi langit yang benderang, seperti mengucap harapan sungguh panjang.)

Sedikit lewat dari jam satu. Diselimutinya aku, dikecupnya pundakku.
Bisiknya, “Selamat tidur, Sayang, mimpi yang indah. Tanpa pesta meriah di malam tahun baru.”

Aku tersenyum dalam hati, “Tidak perlu hura-hura. Karena aku bahagia saat kamu selalu ada.”

Tidak ada komentar: