Di tepi ranjang, Minggu masih bergelayut.
Pupurnya tetap langsat, gincunya molek merona.
Dengan kenangan akhir pekan dia masih ingin berbagi selimut.
Sejak semalam kotak kelabu di sudut kamar masih pancarkan sinar katoda,
sebab dia takkan lelap dalam gelap yang absolut.
Sisa-sisa bahagia sementara masih sembunyi dalam laci lemarinya,
menunggu dengan harapan lagi-lagi akan disambut.
Dia dan kepingan nyawanya enggan dikumpulkan dalam satu raga.
Di sudut bibir, tembakau masih sejumput.
Matanya tetap meram, sajaknya rapi berima.
Dalam cumbuan tanpa beban dia masih ingin namanya disebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar