Rabu, 21 Juli 2010

Kejutan!

B

Saya percaya bahwa salah satu resep menjaga kehangatan hubungan adalah dengan menyelipkan kejutan-kejutan di antara semua keterdugaan. Momen-momen kecil yang membuat nafas tertahan, di antara rutinitas dan kebiasaan.

Keterdugaan adalah ketika saya mendengar suara motor makin lama makin mendekat lalu berhenti di halaman. Kemudian langkah kaki yang menaiki anak tangga sampai berhenti di depan pintu kamar. Diteruskan dengan gemerincing kunci yang ditusukkan ke pintu, dan gagangnya yang diayunkan. Dari semua suara ini, sudah terduga A pasti pulang.

***

Kebiasaan adalah ketika A masuk kamar. Melepaskan tas dari pundaknya untuk diistirahatkan di pojok ruangan. Menanggalkan satu-persatu pakaiannya sampai tak bersisa, kemudian mencari minuman dingin di dalam kulkas. Dapat atau tidak dapat, dia lalu akan masuk kamar mandi untuk buang hajat dan bersih-bersih badan. Setelah itu A akan berbaring di samping saya di ranjang, sambil menanyakan remote televisi. Saya sudah terbiasa.

***

Kejutan adalah ketika dia baru mengomentari saya yang hanya pakai bikini sedari tadi. "Kok pakai baju renang?" tanya A. "Ini bikini," protes saya. "Iya sama aja." Dasar laki-laki.

Jadi begini, kenapa saya pakai bikini. Dua minggu lagi saya dan sekelompok teman-teman akan berlibur ke pantai. Saya hanya ingin memastikan badan saya masih pantas memakai baju renang dua potong ini. Lagipula, pakai bikini sepanjang hari bikin saya merasa seksi. "Begitu, Sayang. Ngerti?" tanya saya setelah selesai menjelaskan. Dia hanya terkekeh. "Aneh," katanya. Tidak komentar sama sekali soal saya merasa seksi.

Saya sepertinya bukan tipe perempuan yang haus pujian. Tapi sedikit-sedikit boleh juga kan, ingin merasa disanjung. Saya pura-pura tersinggung kemudian berlalu ke kamar mandi, meninggalkan dia di ranjang sendirian. "Eh, kok aku ditinggal? Mau ngapain?" tanya A. "Mandi," jawab saya pendek. Pintu kamar mandi saya kunci dari dalam, tanda supaya ia tidak menyusul. Malam ini saya ingin menikmati pancuran air sendirian.

Selesai mandi saya mendapati lampu indikasi ponsel saya berkedap-kedip. Ada pesan baru yang masuk saat saya membasuh diri tadi. Ah, dari A. Kejutan! Isi pesannya: After u read this, u should suck my c*ck. Ada-ada saja caranya meminta akur. Saya tidak jadi merajuk, dengan senang hati melayaninya.

***

Momen yang membuat nafas tertahan adalah ketika kami selesai bermain, dia lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini untuk kamu," katanya sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna biru. Tenggorokan saya sedikit tercekat. Oh, tidak. Saya membayangkan sebentuk perhiasan bersembunyi dalam kotak. Mungkin gelang, atau kalung. Yang pasti kotak ini sedikit terlalu besar untuk (hanya) cincin. "Sayang, apa ini?" tanya saya sambil pelan-pelan membuka hadiahnya.

Tidak ada untaian kalung, apalagi cincin atau anting-anting. Isinya harmonika mini yang sangat cantik. A tersenyum lalu mengambil sesuatu lagi dari dalam tasnya. Sebuah kotak dengan isi harmonika dengan ukuran lebih besar. "Supaya kita bisa main musik bareng," katanya.

Saya peluk A dengan sekuat tenaga. "Aku sayang banget sama kamu."