Jumat, 17 September 2010

I Love You (?)

A

Seberapa sering Anda mengucapkan "I love you" kepada orang yang Anda sayangi? Ketika mengucapkannya apakah Anda benar-benar meresapi arti kalimatnya, atau hanya karena ingin membuat pasangan Anda bahagia, atau sekedar tersenyum saja? Atau mungkin terucap karena Anda ingin mendengar dia mengucapkan kalimat "I love you, too"?

Saya ingat pertama kali mengucapkan tiga kata itu pertama kali pada B. Tidak ada ungkapan kasih sayang terbalas dari mulutnya. Tidak apa-apa, karena saat itu saya benar-benar merasa jatuh cinta. Satu hal yang jarang sekali terjadi dalam hidup saya. Malam itu kami hanya berdua di kamarnya, baru selesai berciuman mesra. Tanpa senggama. Tidak apa-apa, karena memang belum saatnya. Baru dua minggu dia lepas dari mantan kekasihnya. Tapi sungguh, getaran di antara kami benar-benar terasa. Saya yakin dia juga merasakan hal yang sama. Pasti. Dan saya merasa tidak perlu ada kata-kata "apakah kamu jadi pacar saya?" karena saya tahu dia tidak membutuhkannya.

Sedari awal kami saling mengenal, B sudah memberi peringatan, "Saya tidak mau terburu-buru." Amat wajar untuk perempuan yang baru saja berusaha merapikan serpihan hatinya yang berantakan. Ketika akhirnya malam itu mulut saya berucap "I love you", dia hanya membalas "pelan-pelan aja ya". Lalu kami berciuman lagi. Kali ini lebih pelan. Dan lembut.

Sekitar seminggu setelah itu, saya mendapat balasan juga darinya. Bukan "I love you, too" atau "I love you more" seperti yang wajar diucapkan untuk membalas tiga kata itu. B hanya meraih tangan saya, dan meletakkan duplikat kunci kamarnya dalam genggaman saya. Saya tersenyum lalu berkata, "Emang kamu udah yakin?" Dia mengangguk. Lalu kami bercinta. Bukan yang pertama kali, memang. Tapi mungkin yang paling penuh ungkapan rasa. Ah, saya mulai terdengar seperti perempuan.

Sejak hari itu saya tidak pernah luput mengucap "I love you" setiap hari untuknya. Sekedar untuk mengingatkan dia bahwa saya tidak main-main.


B

Setiap hari A bilang "I love you" sama saya. Tapi saya tidak pernah bosan dan tidak pernah merasa itu berlebihan. Kamu tahu, pacar saya yang dulu jarang sekali bilang tiga kata itu. Katanya, "Jangan diumbar, dirasain aja." Tapi kan saya perempuan, dan kalau kamu juga perempuan mungkin kamu juga merasa bahwa ungkapan kata-kata itu dari mulut laki-laki adalah salah satu kebutuhan.

Kadang saya balas A dengan bilang "I love you, too". Kadang juga dengan "I love you more". Atau kadang tidak saya balas sama sekali, hanya saya cium saja. Dan dia tidak mengeluh, tidak minta saya balas ucapannya dengan kata-kata cinta juga. Porsi satu kali sehari dapat "I love you" dari A sudah cukup membuat saya merasa tenang.


A

Terlalu sering mengucapkan "I love you" dapat membuat kalimat itu kehilangan maknanya. Saya tidak ingin itu terjadi. Walaupun selalu terucap dari hati, tetapi urusan makna tetap ditentukan oleh si penerima. Oleh karena itu saya mencoba kata-kata baru untuk menungkapkan kasih sayang saya. Tinggal disesuaikan dengan kondisi dan posisinya.

Saat woman on top saya berkata, "Gila, ini baru istri gua."

Saat doggie style saya berbisik di telinganya, "Aku sayang banget sama kamu."

Saat misionaris saya menatap matanya dan berkata, "Jangan pernah tinggalin aku, ya."

Saat lemari baju berderik-derik menahan posisi kami yang berdiri, saya berucap, "I love you so much, Baby." Lalu saya gigit lehernya.

Saya tidak akan pernah berhenti berinovasi.

Terakhir, tadi malam kami tidur berdampingan. Saya gandeng tangannya lalu berkata, "Aku cinta mati sama kamu."


B

"Aku cinta mati sama kamu" tentu jauh lebih bermakna dari "I love you". Tidak jadi tidur, saya melayaninya untuk ronde ke-dua.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

nice.. I really loves it.. :)