Senin, 23 Mei 2011

Cemburu

Ia memandang ke seberang. Jauh, jauh ke seberang. Menyeberangi lautan. Melewati garis cakrawala dan batas pandangan. Bukan ke masa depan, tetapi pada masa lalunya yang terbentang di lain daratan.

Ia cemburu.

Pada redup bulan dititipkannya kedipan sebelah mata. Berharap yang di sana masih tergoda, saat menatap langit yang sama. Tapi ia tahu, yang dirindu sedang kagumi bola mata yang berbeda – menyusuri molek tubuh yang menantang berahinya.

Ia merasa lebih kecil dibanding butir kotoran yang terselip di bawah kukunya. Lebih tidak berdaya dibanding layangan putus tanpa benangnya. Lebih hancur dibanding serangga yang terinjak alas kakinya. Hatinya membiru. Tidak. Mengungu. Lebam dihantam haru.

“Pantaslah malam kembali tak berbintang, kerumun awan menghadang. Hujan membayang. Sepi menggenang,” batinnya.

“Sayang, kasih sayang menjadi debu terbakar hasrat yang terlalu menggebu. Mengapa harus cemburu bila ia memang bukan milikmu?” bisik angin.

Ia berlindung dalam selimut tanpa nyawa. Hangatnya maya.


****


Tidak ada komentar: