Senin, 13 Desember 2010

Satu Puisi Satu Hari: #77 Pensil

Bermain dengan pensil seperti reuni dengan sahabat lama.
Kebolehannya menari di atas kertas masih memukau.
Aroma kayunya teraut masih membangun imajinasi.
Ampas yang sama yang menyegarkan memori.
Teringat seperti masa lampau –
Ia menunjukkan ketangkasan pada dinding rumah tua.

Namun manusia-manusia yang dahulu tergambar dengan tangkai lurus dan lingkaran bersahaja telah tumbuh jadi dewasa.
Mereka punya bobot, rambut, kerut, dan dimensi ke-tiga.
Grafit menurut jemari saya yang bertambah usia.
Abrasinya dengan medium suka-suka terelakan juga.
Pensil. Warnanya yang lemah dan pecah memang tak sepekat tinta.
Tak apa. Karena sampai sekarang pun saya masih belum berhasil menggambar cinta.

Tidak ada komentar: