Sabtu, 18 Desember 2010

Satu Puisi Satu Hari: #81 Menulis dalam Gelap

Jarum pendek mulai bergerak menuju angka yang ke-sebelas. Satu demi satu mereka melangkah masuk lewat pintu kaca yang mengundang datang penikmat malam. Mereka, para pelacur berkaki tidak terlalu jenjang dengan kulit kurang mulus tersamar pupur dan lampu redup.

Potongan gaun melekat erat mengikuti lekuk, panjangnya tak jauh dari pangkal paha -- seadanya menutup.



Leher-leher terbuka digelayuti perhiasan yang berlomba paling berkilau, menemani belahan dada yang dijajakan sepanjang mata masih belum lelah membuka.

Berbagi sesap cairan yang tak berhenti dituangkan dalam gelas-gelas tinggi segitiga, mereka menabur feromon yang lalu lahap ditangkap testosteron. Tawa yang semakin malam semakin jujur, sapaan yang semakin menjelang fajar semakin turun harga.



Di antara mereka yang meliuk ikuti dentuman irama yang semakin lama semakin mengantar jiwa keluar dari badannya, wajah-wajah kian akrab berbagi senyum. Geligi mulai menggigiti bibir lantaran menahan-nahan gemas.

Jarum panjang sudah berkali-kali menyinggahi angka ke-dua belas. Minumku masih ada sisa setengah gelas.

Tidak ada komentar: