Selasa, 21 Desember 2010

Satu Puisi Satu Hari: #83 50 Tahun Lagi

Dengarlah, Cu. Ini cerita Nenek tentang lelaki yang selalu terlambat.
Bukan tidak bisa tepat waktu, namun ia suka berlambat-lambat.
Waktunya dinikmati mandam demi mandam. Menikmati ketertinggalan.
Sudah terlalu lewat ketika ia berusaha mengejar kenyataan.
Kekasih hatinya sudah terlalu lelah berlari dengan beban,
berusaha menyeret-nyeret dirinya yang tidak maju-maju ke depan.
Mimpi berlama-lama menundanya untuk terbangun dan melihat hartanya yang dirampas orang.
Terlambat ia menyadari yang sesungguhnya berharga sudah banjir keringat membuang kasih sayang.
Dan akhirnya lelaki itu kembali terlambat. Terlalu lambat menyadari kerusakan yang terjadi.
Terlambat menyelamatkan hubungan kami.

Tidak ada komentar: