Minggu, 17 Oktober 2010

Satu Puisi Satu Hari: #19 Kencan

Tidak ada yang lebih manis dibanding mengenang waktu pertama kali bertemu. Bukan begitu?
Perjumpaan perdana tanpa tahu ujungnya apa. Bersyukur lalu jadi cinta. Kalau belum jodoh, ya mungkin hanya semalam saja.
Bila berlanjut, semakin manis saling bertukar kabar dan berkelakar dengan media layar empat inci persegi. Malam-malam tidak lagi sepi. Bahkan rela tidak tidur sampai pagi.

Tidak ada yang lebih meresahkan dibanding menunggu kelanjutan hubungan. Demikian kan?
Pertemuan-pertemuan berkesinambungan penuh kerinduan berbaur kecemasan. Ah, masa-masa penuh pertanyaan. Menunggu pengakuan.
Manakala ada jawaban, semakin gelisah saling bersentuhan dan menjalin keintiman badan. Walaupun malam-malam memang tidak pernah sepi. Dan selalu rela tidak tidur sampai pagi.

Tidak ada yang lebih getir dibanding tidak menemukan jalan keluar. Apa benar?
Kencan yang bersalin rupa jadi beban. Pengkhianatan. Mencari pelepasan dari ketidakcocokan dan ekspektasi yang terlalu jauh ke depan.
Kapan ada terucap selamat berpisah, semakin getir berteman candu dan dadah. Supaya malam-malam tidak terasa sepi. Dan akhirnya tidak tidur juga sampai pagi.

Tidak ada komentar: